Islam dan Urusan Kemanusiaan: karya pembuka di awal tahun

IMG_20141121_103521Bayangkan, kalau sebuah kota sebesar Aceh tiba-tiba lumpuh karena bencana, diterjang tsunami terbesar dalam sejarah umat manusia, setidaknya dalam 500 tahun terakhir. Ratusan ribu orang meninggal dunia, jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan lain-lain. Bayangkan juga, kota sedamai Homs atau Aleppo, atau kota indah di pantai selatan Filipinna, Zamboangga, tiba-tiba porak-poranda karena konflik bersenjata. Ratusan ribu orang meninggal, jutaan orang mengungsi dan kehilangan tempat tinggal. Juga, yang terpenting, mereka kehilangan tempat aman untuk hidup. Bayangkan, dalam kondisi seperti itu apa yang biasa anda, kawan anda, keluarga anda, atau manusia lainnya lakukan? Naluri manusiawi anda, juga saya, pasti akan dengan sendirinya menggerakan kita untuk membantu, dengan cara apapun sebisa kita.

Buku yang akan segera terbit ini membahas satu hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Membahas satu tindakan eksistensial yang menjadi alasan kenapa kita “meng-ada”: memberi. Konon Filsuf seperti Erich Fromm mengatakan bahwa tindakan aktif memberi adalah bukti eksistensial manusia. Memberi artinya luas: bisa menolong, bisa menegakan, bisa menyembuhkan, bisa membiayai, bisa menyelamatkan bisa pula sekedar mendoakan. Memberi artinya peduli, dan kepeduliaanya diwujudkan dalam aksi nyata: menyisihkan urang recehan untuk donasi di jalanan, mengirim uang lewat transfer bank ke sebuah lembaga kemanusiaa, mengobati orang yang terluka, menyediakan tempat orang untuk mengungsi dan banyak lagi

Buku ini bertutur tentang bagaimana aksi memberi ini diejawantahkan dalam gerakan kemanusiaan. Bagaimana kepeduliaan terutama sangat dibutuhkan dalam kondisi genting, baik kegentingan karena ulah manusia, atau karena ulah alam.

Tapi secara khusus buku ini berkisah dari satu sudut, meneropong dengan sebuah kacamata: Islam. Kenapa Islam? Tentu bukan karena orang Islam adalah orang paling peduli atau orang paling tidak peduli terhadap urusan kemanusiaan, juga bukan karena umat Islam saja yang menghadapi masalah kemanusiaan. Ketika berbicara kemanusiaan, maka kita berbicara tentang manusia yang telah dilepaskan dari semua cara-ciri tambahannya: agama, kulit, jenis rambut, ideologi. Manusia, dalam bidang satu ini, dilihat semata-mata karena harkatnya sebagai manusia. Dan Islam, setidaknya menurut penafsiran yang saya yakini, berbicara banyak tentang universalitas kemanusiaan. Disinilah kemudian dibicarakan bagaimana nilai-nilai Islam yang diyakini dijadikan landasan untuk aksi-aksi kemanusiaan universal.

Buku Islam dan Urusan Kemanusiaan ini adalah kumpulan tulisan yang saya edit, beserta senior saya Hilman Latief dari UMY. Para penulisnya adalah orang-orang yang sangat ahli di bidangnya. Buku kumpulan tulisan ini lazim dibuat untuk mengawali satu perdebatan ilmiah bidang yang dianggap baru. Dan harus kita akui, bagi kebanyakan orang, terutama yang tidak bergelut dalam dunia kemanusiaan, istilah-istilah dan perdebtan dalam buku ini bisa dibilang baru, atau bahkan asing. Tapi justru disinilah pentingnya buku ini: memulai roda perdebatan satu bidang yang sangat penting

Buku ini diterbitkan berkat kerja keras lembaga tempat saya bekerja, Komite Internasional Palang Merah (ICRC). Sejak berdiri tahun 1863, lembaga ini fokus pada pertolongan kemanusiaan, terutama dalam keadaan konflik bersenjata. Lemaga kemanusiaan sekarang sudah lebih beragam karena hampir disetiap negara terlah dibentuk organisasi perhimpunan kemanusiaan, baik perhimpunan palang merah maupun bulan sabit merah. Tak berhenti disitu, sekarang banyak sekali organisasi swasta atau organisasi lembaga swadaya masyarakat yang fokus pada pelayanan kemanusian. Buku ini mencoba membahas dinamika dunia organisasi kemanusiaan itu.

Buku ini akan sangat berharga baik bagi para pegiat dunia kemanusiaan, maupun bagi para pendidik di universitas. Silahkan dihunting sebentar lagi 🙂

3 Comments

Leave a Reply