• Ke mana Pak Pos Kita

    Kantor Pos, untuk saya, masih menyimpan makna. Menyisakan kenangan. Setiap logo dan warna kuninganya terlihat, ia selalu membawa ingatan saya pada bangunan tua berarsitektur Belanda di samping mesjid Agung Syiarul Islam, Kuningan. Di sana, dulu menjelang lebaran, biasanya saya diam berlama-lama mencari kartu ucapan untuk dikirimkan. Setelah mendapatkannya, saya pergi ke sudut ruangan dan mengeluarkan sketsa kata-kata yang sudah dirancang sebelumnya. Saya salin kata-kata itu dengan hati-hati dan rapi. Kita tahu, ketika menuliskan kata-kata di kartu lebaran itu, setiap kita berubah menjadi penyair. Di suatu masa, setiap awal bulan, saya selalu melihat apakah pengurus pesantren memajang kartu wesel pos untuk saya. Kartu itu selalu ditunggu diawal bulan.…

  • Nasib Jurnal Akademik Kita

    Di satu sisi, saya senang melihat berjamurnya jurnal-jurnal di lingkungan perguruan tinggi kita. Hampir setiap jurusan bersemangat membuat jurnal. Bahkan satu fakultas bisa memiliki beberapa jurnal. Di sisi lain, saya sebenarnya prihatin. Jika dilihat lebih dalam, alasan pendirian jurnal-jurnal itu lebih banyak didorong oleh aspek politik-administratif ketimbang aspek akademik. Jurnal menjadi bagian penting dari penilaian atau akreditasi kelembagaan. Karena itu, jurnal ‘dipaksa’ didirikan bukan karena kepentingan dan minat akademik, tapi karena untuk memenuhi kepentingan penilaian administrasi. Kepentingan politik-administratif ini berbanding lurus pula dengan aturan akreditasi yang menimpa para penulis. Para penulis yang rata-rata dosen itu ‘dipaksa’ menulis bukan karena minat akademik, tapi lebih karena kepentingan politik-administratif akreditasi.…