Pamulang oh Pamulang: Keluh kesah untuk Ibu Walikota Yang Cantik

Pamulang itu artinya ‘rumah tempat kembali’. Setiap hari saya kembali ke tempat itu, bertemu dengan orang-orang yang saya kasihi, melepas lelah dan mempersiapkan hari esok yang lebih baik untuk negeri ini. Tetapi tempat kembali itu setiap hari, terutama saat petang, saat saya harus berjuang menembus belantara kemacetan, selalu saya benci. Benci sungguh.

Saya tidak suka pada kota ini bukan karena bundaran Unpam yang selalu macet, awut-awutan, karut-marut, becek, kumuh, motor parkir sembarangan, mobil angkutan kota menjadikannya terminal, para pedagang seenaknya menempatkan gerobak jualan di tempat mana mereka suka, mahasiswa pongah parkir ke kampusnya seolah itu jalanan yang dibuat untuk mereka, spanduk di pasang sembarangan, tumpukan sampah menggunung berhari-hari tidak diangkut, kabel listrik berseliweran menghiasi jalanan dan lain-lain. Bukan semata-mata karena itu saya tidak suka kota ini. Hampir semua kota di Indonesia mengalami masalah itu. Masalah yang entah kapan bisa diselesaikan. Masalah yang sebenarnya menunjukan jati diri dan peradaban kita tak jauh beranjak dari masa homo erectus paleo javanicus

Yang saya kesal dengan Pamulang adalah karena kota ini jatuh pada tangan kartel penguasa Banten sejak pertama kali kota ini merdeka dari Tangerang. Airin, ibu Walikota dengan paras cantik seperti bidadari yang salah pulang setelah mandi di telaga, sama sekali tak punya kemampuan apa-apa memimpin kota ini. Wajahnya yang cantik tidak tergamabar dari kota yang dipimpinnya. Semua kekacauan yang saya sebutkan di paragraf kedua itu terletak tidak lebih seratus meter dari singgasananya. Dia mungkin setiap hari menyaksikan itu. Kecuali dia mempunya jalan rahasia di bawah tanah yang menghubungkan kantornya dengan rumah mewahnya di Kawasan Kuningan yang pagarnya konon dibuat dari rentetan mobil mewah yang tidak terpakai sia-sia.

Sepanjang jalan protokol di Pamulang, terbentang ke selatan dari Unpam yang kumuh karut-marut alias awut-awutan itu, penuh lubang mirip lubang jerawat Ibu Gubernur. Entah kenapa, sebelum Pamulang jatuh pada kartel penguasa Banten, jalan itu mulus dan bagus. Sekarang sudah lebih dua tahun rusak. Terus lagi anda ke selatan ke arah Muncul, anda akan menemukan satu-satunya desain jalan terunik di dunia. Saya tidak berbohong. Mungkin inilah satu-satunya jalan yang dibuat dengan pola bertingkat. Di ruas sebelah kanan, jalan dibaut lebih tinggi 50 centi meter. Ruas sebelah kiri yang lebih rendah itu bisa berubah fungsi kapan saja menjadi selokan, kolam ikan lele, perkebunan pisang atau tempat pencucian mobil. Di mana di dunia ini jalan bisa berubah fungsi seketika menjadi kolam ikan, selokan, tempat pencucia mobil dan tempat jalan kendaraan sekaligus. Hanya di Indonesia. Hanya di Tangerang Selatan dan Pamulang. Luar biasa.

Sebagai warga biasa saya hanya ingin ibu wali kota yang cantik itu sedikit bekerja. Tularkanlah kecantikan wajahnya pada kota yang dipimpinnya. Sekitar Pamulang ada banyak waduk dan situ. Di manapun di dunia, kota dengan waduk dan situ selalu menjadi kota yang cantik. Orang bisa bercengkrama di pinggiran situ, bermesraan, berduaan, menggelar makan siang bersama keluarga, dilengkapi sarana olah raga dan tempat bermain anak. Pinggiran Situ Merry Creek di Coburg–tempat saya dahulu sebentar tinggal di Melbourne–selalu ramai oleh orang yang berkumpul merayakan sesuatu, atau sekedar melepas lelah, ditemani angsa putih dan burung-burung. Padahal Merry Creek itu tak lebih dari sekedar empang ikan di kampung saya. Situ-situ di Pamulang pasti jauh lebih indah kalau tertular kecantikan ibu Wali kota.

Saya tahu Ibu Wali kota sedang pusing memikirkan nasib suaminya yang harus mendekam di penjara karena tidak amanah dan terlalu banyak makan uang negara dan uang rakyat. Juga Ibu Atut, mantan Gubernur Banten yang merupakan kakak iparnya. Tapi bukankah ini saatnya membuktikan pada rakyat bahwa Ibu Wali yang cantik itu duduk di kursi singgasana wali kota bukan karena semata ibu beruntung dinikahi anak jawara atau menjadi menentu keluarga jawara. Buktikan bahwa ibu adalah perempuan kuat dan cerdas yang dahulu menjadi murid penuh prestasi di Universitas Padjajaran, menjadi Mojang Priyangan dan prestasi lain. Mungkin keberhasilan ibu bisa menjadi obat dan penawar kekecewaan rakyat Banten pada keluarga kartel penguasa yang menguasai Provinsi yang sejak Multatuli menulis Max Havelar kondisinya tidak banyak berubah.  Buktikan bahwa Ibu berhak menjadi kebanggan kelaurga besar Haji Hasan yang sudah mulai terkoyak karena terlampau terlena dengan gelimang harta dan kekuasaan.

4 Comments

  • wong ndeso

    Essai yg bagus terutama ttg semerawutnya Pamulang, aku sepakat dengan itu. Tapi ada banyak yang keliru, seperti Setu. Setu Sasak dan Setu samping Pamulang Square, termasuk Setu Gintung sdh di revitalisasi jaman Airin. Mungkin mas Zen ini merem tiap lewat daerah sana. Sdh ada jogging track, sdh di keruk dan pingirannya d beton agar tak jadi longsor. Tentu jauh dr ideal apalagi membandingkan dg luar. Yg fair adlh membandingkan sbelum dan sesudah serta membandingkan dg wilayah tetangga terutama dg setu2 d jabotabek
    Kedua, ttg jalan yg ke Muncul. Sejauh pengetahuan aku, itu masuk jalan provinsi dmn pengelolaannya wewenang provinsi. Trus pembangunan biasanya ada yg multi years termasuk jalan pamulang setu. Sekarang yg aku lihat udah mulai dikerjakan sebelahnya. Kl langsung dikerjakan sekaligus, tidak dibagi2 emang mau mas Zen pulang ke Setu muter dulu ke Ciater trus ke BSD baru ke Setu? nanti tambah ngomel lagi…
    Tapi aku sepakat kl Pamulang hrs dibenahi, apapun caranya. Termasuk mendesak agar provinsi segera memperbaikin jalan2 d pamulang. Salam

    • abdul Muthalib Sappe

      betul betul betul…….sabar sabar sabar……biar atu2 ya dikerjain…..cuman yg penting perlu dibenahin yaitu mental kerja org2 pemerintahan terutama institusi yg membuat ektp….dulu blankonya kosong….sekarang sudah ada semua tapi datang ke kecamatan pamulang barat eee….blum juga jadi pada hal sdh 3 bulan….sejak agustus…..tolong ibu Airin yg cantik buatlah secantik wajah ibu asisten2 ibu yg nota bene tidak becus menjalanakan amanah yg diembannya…..

Leave a Reply