• Note on Gus Dur

    Ketika di pesantren Darussalam Ciamis, semasa SMA, saya seorang Gus Dur-ian sejati. Ada seorang kawan lain, Kholil namanya, yang juga seperti aku: menjadi fans berat Gus Dur. Posisi yang aku ambil untuk menjadi fans Gus Dur, saat di pesantren itu, kurang populer. Maklum, pesantrenku itu pesantren Persis/Muhammadiyah. Aku sering diledeki oleh kawan sebagai pengagum seorang yang Kiai plin-plan, Kiai pendukung Israel, Kiai nyeleneh karena mau ganti ucapan ‘assalamu’alaikum’ dengan selamat pagi, Kiai yang ‘menyamaratakan’ agama dan lain-lain. Pendirianku tidak goyah, aku tetap Gus Dur-ian hingga keluar pesantren. Aku tahul nama Gus Dur di pesantren sebelum aku masuk Darussalam, tepatnya di pesantren Darul Ulum, sebuah pesantren NU di…