Lunch Time, Seminar Time
Ada yang menarik ketika satu semester kemarin kuliah di UCLA Law School. Bukan tentang profesor atau tentang sistem ‘rebutan’ ambil kursi pada mata kulia tertentu yang sangat diminati. Ini hal lain.
Selama kuliah satu semester kemarin itu, setiap jam makan siang selalu ada yang dinanti. Di UCLA, hampir semua seminar, ceramah dosen tamu, training singkat, peluncuran buku dan kegiatan akademik non-kelas dilaksanakan pada jam makan siang antara jam 12-14 siang. Dalam sehari bisa ada dua sampai tiga kegiatan, dari mulai ceramah dosen tamu, peluncuran buku atau training.
Dengan demikian, setiap dua jam dalam sehari itu, mahasiswa bisa memanfaatkan jeda dari perkuliahan untuk kegiatan yang sangat menarik. Dosen-dosen tamu dari kampus seperti Harvard, Yale dan Sorbone berceramah di depan mahasiswa di jam jeda itu. Perkuliahan, karena itu, tidak pernah terganggu. Perkuliahan dilangsungkan dari jam 8 sampai jam 12, lantas dilanjutkan dari jam 14 sampai jam 19.30 malam. Tergantung jadwal kuliah kita. Tetapi yang pasti, jam 12-14 selalu diperuntukan bagi beragam kegiatan akademik lain selain kuliah di kelas.
Kegiatannya juga sederhana: sambutan sangat singkat dari dekan atau professor di UCLA. Paling lama 5 menit. Setelah itu langsung acara inti dan tanya jawab. Tentu tidak ada sambutan ini-itu yang sangat panjang seperti di kampus UIN Ciputat, tempat saya mengajar.
Saya membayangkan kalau jadwal perkuliahan di UIN dibuat seperti itu akan sangat efisien dan menarik. Selain itu tidak akan mengganggu perkuliahan. Selama ini mahasiswa selalu dilematis antara menghadiri kuliah yang pembicaranya kadang jauh lebih ahli atau menghadiri kelas yang mungkin membosankan. Kalau hadir di seminar itu, jadinya mahasiswa bolos kuliah. Atau, seperti biasa di alami, dosen mengerahkan mahasiswa untuk hadir pada acara seminar karena tidak ada yang hadir–tidak hadir karena jadwalnya bentrok dengan perkuliahan.
Seminar-seminar, ceramaha umum dan peluncuran buku di kampus di Indonesia juga harus dibuat lebih simpel dan tidak terlalu seremonial. Sambutan cukup satu orang, tidak lebih dari 5 menit. Tidak perlu ada pembukaan kalam Illahi yang mendayu-dayu dan menghabiskan lebih 10 menit. Cukup buka dengan Alfatihah. Dan saya kira untuk acara akademis mungkin menyanyikan lagi Indonesia Raya tidak terlalu penting. Kecuali acara resmi sekali. Kalau sekedar ceramah umum dan seminar, harusnya dibuat simple dan karena itu waktu dua jam menjadi cukup luang.
Sepanjang semester jam makan siang selalu penuh dengan acara yang menyenangkan dan saya tidak perlu khawatir bentrok dengan kuliah di kelas. Semoga di UIN Jakarta atau FSH bisa diterapkan
Salam dari LA