Anis dan Pidato Pribumi

Oleh: Zezen Zaenal Mutaqin

Sebenarnya Anies Baswedan tidak mengangkat isu pribumi-non pribumi. Media yang mengangkatnya. Namun, media mengangkat karena ada momen psikologis tertentu yang ditangkap para wartawan dalam pidatonya. Setelah membaca status media sosial dan pemberitaan yang heboh itu saya coba lihat utuh teks pidatonya. Dan dalam teks pidato itu tidak ada yang salah. Bagus.

Namun yang jadi soal, dalam ekspresi bahsa ucapan seperti dalam pidato, yang menjadi penentu sebuah makna bukanlah semata text tertulis yang lantas dibekukan, difiksasi, kemudian. Yang juga teramat menentukan adalah ekspresi wajah, intonasi, gesture tubuh, tatapan mata dan juga terutama konteks. Dalam setiap hal itu ada lapisan makna yang bisa jadi penentu pemahaman. Dan karena itu saya juga baru saja lihat utuh video pidato Anies di Youtube saluran CNN Indonesia.

Pada menit 6:34-8:00 itulah yang jadi soal. Tentu kata pribumi dan non-pribumi sendiri bukan pilihan yang tepat untuk diucapkan. Telah ada peraturan tentang penghindaran penggunaan kata itu. Ketika saya mendengar kata itu, saya jadi langsung merasa ada yang keliru dengan telinga saya. Atau ada yang keliru pada pidatonya Bung Anies. Sembari melihat pidato itu, saya memegang text pidatonya.

Faktanya pidato itu selalu tidak tekstual. Aniespun banyak berimprovisasi. Juga dimenit kontroversial itu. Di menit itu, apa yang ada di text berbeda dengan apa yang dia ungkapkan. Inilah yang kemudian memancing penafsiran yang beragam, (thick description/interpretation)

Di tengah polarisasi yang terjadi di antara warga Jakarta, mestinya kata pribumi non-pribumi dihindari. Kata non-pri atau non-pribumi selama ini selalu ditambatkan dengan pejoratif kepada kelompok Tionghoa. Meski Anies keturunan Arab-Yaman, dia selamat dari penambatan makna pejoratif kata non-ribumi selama ini.

Pidato Anis juga terasa sedikit janggal. Dia akan jadi gubernur Jakarta. Namun cara dia bicara seperti sedang kampanye menjelang perhelatan politik 2019. Harunya dalam pidato itu dia menyampaikan strategi dan langkah mewujudkan janji kampanye.

Ini bukan awal yang baik untuk melangkah tentunya. Tapi sudahlah, kita lihat ke depan semoga Anies-Sandi bisa bekerja. Tentu harus terus diawasi. Kontestasi sudah selesai. Biarkan yang menang menjalankan tugasnya. Kalau gagal dia akan dihukum sejarah, kalau berhasil dia akan diidamkan dan dirindukan.

Selamat bertugas, lebih berhati-hati, Bung. Juga Bung Muhammad Husnil yang ke depan mungkin jadi gost writernya

Los Angeles 16 Okt 2017…

Leave a Reply