SEHARUSNYA AKU BUKAN HMI

Ciputat, 27 Desember 2005

(Tulisan lama ini sengaja dipasang untuk nostalgia dan berbagi dengan kader HMI lain, semoga bermanfaat. Saat itu saya sempat sebentar pengurus PB–saat gonjang-ganjing perang antar kubu selama 3 periode berturut-turut)

Tulisan ini mungkin hanya akan berisi unek-unek terhadap HMI. Saya adalah orang yang betul-betul mengalami proses di HMI. Berawal dari seorang yang diyakinkan dan di bujuk oleh seorang kaka, sampai menjadi seseorang yang terkadang terlalu cape menghabiskan sebagian waktunya di HMI.

Saya kira siapapun itu—aktivis HMI maksud saya–pasti akan mengalami hal yang sama. Setiap orang berproses menjadi semakin HMI. Namun proses itu kadang membawa saya merenung:  kapan proses ini akan berakhir? Lalu, di tengah jalan, saya sering berpikir lebih gila: kenapa saya harus berproses di HMI, padahal saya terkadang tidak terlalu tahu apa tujuan saya berproses di HMI.

Bahkan, masih pentingkah HMI dalam kehidupan saya? Terus terang itulah kira-kira yang sangat mengganggu saya belakangan ini. Saya berpikir HMI jangan-jangan telah menjadi, sepenuhnya, non-faktor dalam kehidupan saya.

Bayangkan: saya tidak mendapatkan pengetahuan apa-apa di HMI, selain teknik lobi. Saya tidak diberikan keterampilan apa-apa, selain skil untuk menang sendiri. Saya tidak mendapatkan pengalaman religiusitas apa-apa, selain pengalaman religiusitas hipokrit yang so liberal atau so religius. Alih-alih mendapatkan pelajaran semangat berkorban bagi organisasi atau orang lain, di HMI saya mendapatkan pelajaran melakukan sesuatu karena insentif tertentu: karena aku punya target politik, karena itu aku berbuat sesuatu. Alih-alih mengedepankan intelektualitas, di HMI saya belajar bagaimana mengorganisir masa dan melobi kekuatan-kekuatan yang ada. Di HMI saya tidak belajar bagaimana caranya mandiri karena saya selalu diajarkan bagaimana caranya meminta uang kepada abang-abang. Di HMI semua kader diajarkan bagaiaman caranya membina hubungan berdasarkan patron-klien. HMI kehilangan daya kritisnya, kehilangan sensitifitasnya, kehilangan pikirannya. Yang tersisa tinggal nafsunya.

Belum lagi kalau saya melihat dengan kepala saya sendiri—saya sempat menjadi pengurus PB tahun ini–kepengurusan PB HMI yang terus menerus saling cabik mencabik selama tiga priode kepengurusan, tanpa henti. Bayangkan: tanpa henti. Sesekali mereka istirahat dari pertempuran, israhat untuk mengumpulkan tenaga dan mengkoordinasikan bala tentara dari setiap cabang, untuk kemudian melanjutkan lagi pertempuran. Para pengurus PB itu memang tidak punya kegiatan lain selain bercakar-cakaran. Penyebabnya sederhana: mereka masuk jadi pengurus PB bukan karena punya visi, dedikasi, punya konsep dan punya kemampuan, tapi karena mereka pada intinya: broker, preman, atau tukang palak.

Saya sempat berpikir, kenapa mereka bercakar-cakaran mungkin  karena mereka sadar betul dengan apa yang diungapkan Tomas Hobbes bahwa manusia itu sedianya (satate of nature) selalu saling cakar mencakar, hommo homini lupus. Atau mereka paham betul doktrin-doktrin politik Machiavelli dalam Ill Principe. Tapi ternyata tidak. Mereka biasa berpolitik, namun tidak biasa membaca teori-teori politik.

Akhirnya memang tak ada alasan untuk tidak mengatakan bahwa para pengurus PB itu mirip preman: mereka biasa mengunakan tinjunya untuk menguasai jabatan tertentu. Dan setelah mereka berkuasa, mereka akan menarik pajak—pungli—dari kakak-kakaknya, abang-abangnya, atau dari siapa saja yang membutuhkan jasanya. Para pengurus PB itu bentuk lain yang lebih halus dari praktek premanisme dan broker. Dan bakhan bukan hanya para pengurus PB, tapi HMI pada keseluruhannya.

Dan seandainya laut dijadikan tinta serta ranting-ranting yang ada dijadikan penanya untuk menuliskan segala keburukan HMI, niscaya tak akan cukup itu semua.

Saya kira, apa yang menyebabkan orang seperti saya, dan semua kader lain yang masih diam di kapal yang sudah karam ini, masih bertahan di HMI adalah semata-mata karena utopia dan romantisme. Kita masih dihinggapi rasa bangga masa lalu; kita masih diberikan harapan bahwa HMI bisa membuat kita lebih baik karea proses pengkaderannya baik; atau bagi para preman dan broker, mereka masih betah di HMI karena HMI masih bisa dipakai untuk ngancam atau jualan. HMI seperti tato menyeramkan di tubuh seorang preman.

Sadarlah saudara-saudaraku, HMI sudah menopouse, sudah tidak seksi, sudah tidak menarik untuk di gauli. HMI mengembangkan intelektualisme yang nanggung sekaligus semangat religiusitas yang tidak jelas.

Dan sayang sekali bagi kalangan preman dan broker pun, HMI sudah tidak kuat lagi. Dia kalah masa dibandingkan, misalnya PMII, atau IMM. Mereka punya rumah kultural, PMII punya NU, IMM punya Muhammadiah. Sementara HMI senantiasa berdiaspora, tidak jelas di mana rumahnya. “Justru itu kelebihan kita” ujar seorang teman saya “karena itu, kita bisa betul-betul independen.” “Ya”, saya jawab “kalau kita bisa menjalankan independensi HMI dengan benar, kalu kita punya kemampuan baik skil atau intelektualisme. Tapi dalam kenyataannya, justru karena kita tidak punya rumah kultural,  dan karena kita tidak punya kemampuan apa-apa, kader kita akhirnya jualan ke mana-mana. HMI dijual murah dan di obral.” Dan naifnya, yang membeli itu bukan karena mereka membutuhkan tenaga dan kemampuan kita. Mereka membeli karena takut pada kita atau kasihan pada kita.

Mungkin dari segi jaringan dan struktur organisasi, HMI masih bisa dibanggakan. Kita punya sekitar 150-an cabang di seluruh Indonesia. Tiap tahun cabang baru terus menerus bermunculan. LK-LK juga masih terus di adakan. Tapi ingat saudaraku, cabang-cabang itu bermunculan bukan karena secara kuantitas anggota HMI bertambah, atau bukan karena HMI terus bermunculan di Univeritas-universitas baru yang ada di daerah.  Cabang-cabang baru tersebut bermunculan karena latar belakang konflik. Karena kalah kontestasi dalam pemilihan ketua cabang atau badko, teknik lobi dan teknik mengorganisir masa digunakan: buat cabang atau badko tandingan. Mereka tidak punya pilihan lain karena kontestasi di level intra universiter sudah tidak memungkinkannya lagi menang. Mereka tidak punya pilihan lain karena dalam benaknya, karier puncak di HMI itu adalah dengan menempati posisi-posisi jabatan stuktural, bukan dengan cara lain.

Posisinya dalam pergaulan mahasiswa juga tidak jelas. Dari kalangan kanan, kita selalu diidentikan dengan para mahasiswa yang sekuler, tidak religus, tidak saleh. Kalangan kiri menganggap kita antek-antek orde baru, antek-antek golkar, sahabat militer.

Seperti halnya tak ada asap kalau tidak ada api, maka tidak akan ada stigma seperti itu kalau tidak ada presedennya dalam relitas. HMI menerapkan semangat liberalisme semu yang sama sekali tidak dibarengi oleh landasan filosofisnya. HMI juga tanggung dalam menerapkan satu pola keberagamaan dan religiusitas. Tidak seperti LDK atau KAMMI. Mungkin ada beberapa orang yang fasih berbicara liberalisme atau yang lainnya. Juga mungkin ada banyak orang yang mendapatkan pengalaman beragama mendalam. Tapi silahkan tanya oleh anda, apakah dia mendapatkan semua pengetahuan itu di HMI, apakah semua itu karena pengkaderan di HMI. Saya tidak terlalu yakin kalau dia mengaku mendapatkan itu semua dalam pengkaderan di HMI.

Di Ciputat, tempat intelektualisme HMI disemaikan, juga kondisinya sama. Silahkan anda berdiskusi dengan kader-kader HMI di Ciputat. Mereka sebagian besar hanya terampil dalam retorika, tidak dalam berlogika. Mereka tidak mengakar secara tradisi, baik dalam khazanah tradisional Islam, atau pada pengetahuan modern tertentu. Mungkin ada beberapa pengecualian, tapi silahkan tanya dari mana mendapatkan semua kemapuan itu. Saya tidak terlalu yakin kalau mereka mendapatkannya dari HMI. Bahkan di Ciputat, sekat-sekat perubahan orientasi HMI bisa terlihat jelas. Kalau mau belajar bermain politik, masuk HMI dan aktif di sana. Kalau mau aktif di organ gerakan, masuklah FORKOT atau LS-ADI. Kalau mau mengkader diri dalam pengembangan wacana intelektual, masuklah forum-forum studi, ada FORMACI, ada ISAC ada yang lainnya.

Sesekali HMI mengadakan diskusi atau aksi, tapi itu hanya sekedar formalitas dan rutinitas. Kenapa demikian? Sederhana sekali buktinya: HMI menggelar diskusi dengan tanpa target, dengan tanpa silabus, dengan tanpa tujuan, yang parah, dengan tanpa konsistensi. Diskusinya sangat sporadis dan biasanya ramai menjelang momen-momen politik: mau pemilihan ketua cabang, buat diskusi, mau pemilihan ketua komisariat, buat diskusi. Targetnya sederhana: bukan untuk intelektualisme, tapi untuk popularisme. Aksi juga selalu karena mengekor, selalu ketinggalan isu. Kalaupun inisiatif, tak jarang karena ada pesanan. Memalukan memang.

Lalu kenapa kita masih bertahan HMI? Karena Cinta….

Hampir tak ada alasan lain untuk bertahan di HMI selain karena terlanjur. Terlanjur cinta, mungkin.

Dan saya kira, itulah yang membuat saya masih mau menggerakan jari-jari mengarungi belantara kata-kata, baris, tanda baca dan titik-koma dan membuat tulisan ini. Terkesan alturistik dan so romantik memang. Tapi saya kira tidak ada alasan lain yang bisa membuat saya bisa bertahan di HMI. Kalau saya memakai logika saya yang jernih, dan menerapkan hasil penalaran itu dalam sikap saya, maka saya seharusnya tak lagi di HMI. Hampir tak ada alasan logis untuk bertahan di HMI. Seharusnya aku bukan HMI.

Tapi masih ada alasan, meski bukan alasan rasional: cinta. Cinta itu bukan bagian dari struktur rasio. Cinta itu bagian non-rasional dalam fakultas manusia. Cintalah yang membuat para tentara Jepang melakukan harakiri, dengan menabrakan pesawatnya  ke Pearl Harbour, dalam perang dunia ke dua. Cintalah yang membuat orang bangga berkata: right or wrong it’s my country.  Cinatalah yang membuat Romeo dan Juliet menjadi legeda. Bahkan, cintalah yang membuat semesta realitas menjelma.

Cinta itu sesuatu yang tidak mungkin diungkapkan, karena sejatinya tidak perlu diungkapkan. Cukup dirasakan, cukup dinikmati, cukup diratapi.

Dan cinta itu adalah memberi bukan menerima, kata Erich Fromm. Kata-kata itu begitu dalam maknanya. Memberi itu membuat seseorang aktif, dinamis dan sekaligus menunjukan eksistensinya. Rasul kita Muhammad mengajarkan, tangan datas lebih baik dari tangan di bawah, karena tangan di atas itu memberi sementara tangan di bawah itu menerima. Memeberi sebenarnya adalah tindakan penyatuan. Dan itulah esensi dari cinta: mengatasi rasa keterasingan dan keterpisahan. Cintalah yang membuat kita tidak sendiri, meski menurut Chairil Anwar hidup adalah kesunyian nasib masing-masing.

Dalam mitologi Yunani kita bisa menemukan sebuah legenda tentang manusia. Konon, manusia pada awalnya adalah mahluk yang maha gagah. Dia mempunyai empat mata, dua mulut, empat tangan  empat kaki, dengan satu wajah. Karena kekuatan manusia yang tak tertandingi itu para dewa cemburu dan akhirnya mereka membuat konspirasi untuk menghancurkan manusia. Dalam sebuah pertarungan akhrnya manusia kalah, tubuhnya terbelah dua. Semenjak tubuhnya terbelah dua ini, kekuatannya menjadi hilang. Satu bagian menjadi laki-laki dan satu bagian menjadi perempuan. Kedua bagian tubuh itu senantiasa ditakdirkn untuk terpisah selamanya. Namun satu sama lainnya terus saja mencari untuk pada momen-momen tertentu menyatu. Yang menyatukan mereka adalah cinta, semacam hasrat penyatuan dan hasrat mengatasi kesendirian.  Pada saat momen-momen penyatuan oleh cinta itulah manusia mendapatkan kembali kekuatannya sebegaimana sebelum di belah (dipisahkan) oleh para dewa. Itulah kenapa manusia bisa mendaki gunung tertinggi, mengarungi samudara yang tak terpermanai, melakuan hal-hal yang sepertinya mustahil.

Dalam karyanya, Fromm pernah mengemukan dua modus eksistesi dalam cinta. Cinta itu ada yang bersifat “memiliki” (to have) dan ada yang “menjadi” (to be). Modus relasi dalam cinta yang memiliki itu seperti ralasi dua benda, atau subjek dengan benda. Polanya: “saya” (i) dan “sesuatau” (it). Kata-kata dalam kehidupan kita sebagian besar mencerminkan hal tersebut: “saya punya pacar”; “pacar gue”,  “cewe gue” dan lain-lain. Hubungan antara manusia dengan manusia lain telah, meminjam istilah kaum Marxsis, tereifikasi, terbendakan. Kekasih telah, dengan tanpa sadar tentunya, diposisikan seperti “kepunyaan” yang bisa kita miliki. Di miliki artinya bisa dikuasai. Yang dikuasai biasanya memberikan apa yang menjadi miliknya dengan, bukan karena keikhlasan, terpaksa. Penguasa cenrung ingin diberi, dihargai, dilayani. Kekasih telah turun derajatnya menjadi benda.   Cinta ini ciri utaanya adalah menerima, atau diberi.

Seharusnya cinta itu memberi, bukan diberi. Dalam cinta yang seperti ini, pola interaksinya adalah: “aku” dan “kamu” bukan “aku” dan “sesuatu”. Dalam pola seperti ini, kita memposisikan masing-masing pasangan sebagai manusia yang punya keinginan, punya otonomi dan kemandirian, punya ego. Karena itu dalam pola yang seperti ini pasangan duduk sama tinggi dan saling menghormati. Dalam pola seperti ini, tak ada keinginan salah satu harus menjadi apa yang diinginkan oleh yang lain. Kedunya harus menjadi dirinya sendiri, bukan menjadi apa yang diinginkan pasangannya. Karena itu cinta seperti ini adalah cinta yang “menjadi”. Satu model cinta yang dinamis dan senantiasa dibentuk dalam perjalanan. Berdialektika menaiki tangga tanpa henti. Berproses untuk semakin dewasa, semakin mawas diri, semakin arif, semakin militan dan lain-lain.

Dan seharunya cinta di HMI ini adalah cinta “memberi”. Karena itu pulalah orang bijak berkata: jangan kau tanya apa yang telah kau dapatkan dari bangsamu, tapi bertanyalah apa yang telah kau berikan buat bengsamu itu.

Kalau ada seorang kader yang masih berpikir dirinya tidak mendapatkan apa-apa dari HMI, seperti saya, maka kader tersebut belumlah menghayati bagaimana seharusnya dia hidup di HMI. HMI tidak bisa memberikan apa-apa. Kita yang harus memberi, karena menurut Fromm, ketika kita memberi, maka kita menerima. Menerima adalah konsekuensi logis dari tindakan memberi.

Seharusnya seperti itulah kita hidup di HMI.

139 Comments

  • iim

    Tulisannya keren bgt kak.
    Memang benar, saya bertahan d HMI karna cinta, tak ada alasan logis mengapa saya bertahan. Kausalitas dlm cinta itu dapat menutupi semua kekurangan menjadi kelebihan.
    Tulisan ini tlah memberikan saya inspirasi tentang arti cinta”khususnya kepada HMI”
    Thanks abang 🙂
    Bagian yg pengen ketawa itu waktu disebut HMI tdk mengajarkan pd kmandirian karna msih minta2 pd abang2 😀 haha hal itu sudah jd tradisi yg dipatenkan bang 😀

    • zezen zaenal mutaqin

      Tulisan saya tahun 2005 itu selalu saya baca dan selalu saya terkenang :). Semoga bermanfaat. Saya sedikit sadis di awal2 karena itulah faktanya. Tapi saya tutup dengan cinta tulisan itu, he he he

      • Annisa Al Haq

        Benar baang,boleh curhat ya bang dsini HmI cabang pekanbaru terpecah belah menjadi 2 kepengrusan bang,karna apa ? Di kubu lainnya mereka pada haus jabatan,padahal eksitensinya mereka gak dapat apa2 lo bang,menyerang kami yg lagi mengadakan lk .pantas mereka bersikap premanisme mengobrak ngabrik skretariat kami? Sikap yg tidak seharusnya mencerminkan HmI? Bahkan saya menangis,dalam penyerangan itu adalah orang2 yang saya perjuangkan saat pemira? Kenapa bang? Karna saya cinta dihimpunan ini!
        Saya terlanjur cinta,pemikiran saya 11 12 nya dgn abang.. 🙁

        • zezen zaenal mutaqin

          Yang penting menjalaninya dengan dewasa. Percayalah, setelah melaluinya, kita akan tahu bahwa itulah apa yang kita sebut sebagai proses pendewasaan.

  • nawawi

    Refleksi dan proyeksi yang jelas dan membangun, namun tetap hilangkan unsur -unsur muatan politis yang di bangun dengan indahnya tulisan.

    Tetap solid dan saling menjaga dalam kebenaran.
    No justifikasi.
    Himpunan akan terus hidup sebelum mission HMI terwujud.

    Salom
    kurir_himpunan

  • rois

    Keren bang tulisannya
    Memang seperti itulah yg saya rasakan sampai saat ini, hampir bs dikatan 0 yg saya dapatkan dr HMI, hampir tak merasakan hasil apa-apa dr saya ber-HMI, hanya teman dan sahabat yg suatu saat pasti berpisah dan pergi mengarungi hidupnya masing2, mulai saya berfikir, entah knp tidak dr dulu mengarungi hidup yang sbenarnya, karena di HMI saya tidak pernah diajarkan ber HMI, hanya kepura-puraan, mungkin hampir semua kader hidup dalam kepura kepuraan, dan tidak pernah sadar mengapa dia ber HMI, alasan paling banyak ialah untuk meningkatkan kualitas diri, entah dr segi apanya ia berkualitas? Kesadaran tinggi tdak pernah dimiliki oleh kader HMI, dan memang HMI sendiri jg tidak memiliki landasan yang aplikatif untuk memberikan kesadaran kepada kader HMI itu sendiri, hanya kesadaran masing2 lah yang dapat menjadikan ia sadar. Namun, untuk ber-HMI dan memndapatkan semua harta karun yg ada di organisasi tersebut hanyalah dengan MEMBERI, IKHLAS tanpa mengharapkan pujian, jabatan, popularitas dsb. Itulah yg saya lakukan di HMI walaupun kadang bs dikatakan tidak sadar jg saya ber-HMI. Segera sadari kawan2ku yg ber HMI.

  • atika wirda sari

    Luar biasa tulisannya kanda. Itu sama persis dgn yang sya rasakan. Saya Pun jg pernah berfikir dan bertanya knpa saya masih di himpunan ini, dan knpa hmi tidak di bubarkan saja . Yakusa!!!

  • Feddy Astriawan

    Salam Hijau Hitam Seluruh Kader HmI se-Nusantara.
    Tulisan yg bagus & wajib utk di renungkan oleh Kader HmI saat nie.

    Invite PIN 2B8C6D02 Feddy Astriawan HmI Cabang Bengkulu.

  • HILDAN SAFETY

    Saya aktif di HMI thn 2002-2008. Ternyata tdk hny sy yg merasakan. Bagi sy HMI adl universitas kehidupan. Dimana kebaikan bercampur dg keburukan dan idealisme bertabrakan dg oportunisme.

    Kontradiksi2 ini benar adanya di dunia nyata. Tulisan ini hrs mjd kaca benggala dlm memperbaiki HMI. Terima kasih… Cinta HMI

    HILDAN FATHONI, HMI Cabang Malang

  • CACAKA6

    Saya pernah berfikir hal yg krg lbh sama. Namun sy sdh mnemukan jwabannya jauh sblm tulisan itu sy baca. Oleh karena itu sy brusaha untuk andil dlm prbaikan prkaderan. Hmi sbg institusi memiliki ruh. Dan itu yg bnyk tdk dipahami oleh banyak aktifis hmi dari generasi ke generasi. Yg lbh bnyk dipahami oleh kader pada umumnya merujuk kpd prilaku personal. Yg sbtulnya memang banyak yg tdk mnggambarkan ruh ke hmi an nya. Bang Hudri

  • firmanallah1

    Tulisannya dahsyat banget bg…..
    Tulisan Logo HMI mungkin huruf H nya jelas, M nya jelas I nya ini yang menjadi tanda tanya kita semua ? Kalau kita meyakini bahwa tuhan akan memberikan keridoan kepada penduduk suatu negeri yang beriman dan bertaqwa…. maka konteks ini mungkin bisa menjadikan sebuah tamparan bagi kita…. Islam itu lepas dari naluri HMI….

  • firmanallah1

    Tulisannya dahsyat banget bg…..
    Tulisan Logo HMI mungkin huruf H nya jelas, M nya jelas I nya ini yang menjadi tanda tanya kita semua ? Kalau kita meyakini bahwa tuhan akan memberikan keridoan kepada penduduk suatu negeri yang beriman dan bertaqwa…. maka konteks ini mungkin bisa menjadikan sebuah tamparan bagi kita…. Islam itu lepas dari naluri HMI….

  • siska nifro'atul farida

    Bener bgt kanda. Ini bener2 yg saya rasakan. Dan memang benar,yang membuat saya bertahan di HmI adalah cinta

  • siska nifro'atul farida

    Bener bgt kanda. Ini bener2 yg saya rasakan. Dan memang benar,yang membuat saya bertahan di HmI adalah cinta

  • Novita

    apa yg saya dapatkan dari HMI? Temen ngopi. Haha
    sudah tidak setuju dg segala cara berpolitiknya HMI, tapi kalau ada intruksi dr komisariat gak bisa nolak, kenapa? Karena cinta, candu 🙂

    Thanks kanda.
    Salam
    Novita – kader Cabang Malang

  • Novita

    apa yg saya dapatkan dari HMI? Temen ngopi. Haha
    sudah tidak setuju dg segala cara berpolitiknya HMI, tapi kalau ada intruksi dr komisariat gak bisa nolak, kenapa? Karena cinta, candu 🙂

    Thanks kanda.
    Salam
    Novita – kader Cabang Malang

  • yuzer

    Sy tidak menyesal pernah berHmI. HMI tdk salah. HMi itu baik dan memberikan proses yg benar. Yg salah itu kita kita didalamnya. Hehehe. Karna cinta sy membela

  • yuzer

    Sy tidak menyesal pernah berHmI. HMI tdk salah. HMi itu baik dan memberikan proses yg benar. Yg salah itu kita kita didalamnya. Hehehe. Karna cinta sy membela

  • akbar firdaus

    Sangat betul kanda tulisannya otentic realita, itu semua saya rasakan, dan saya salah satu kader yg sangat nakal or bandel karena sudah tidak logis menurut saya. Hiduplah yg nyata karna langkah manusia menjadi nyata saat bertindak bukan hanya berkata. Saya dan adik adik telah menjadi korban politik di HMI sangat miris kawan. Terimakasih untuk kanda dgn tulisannya. #YAKUSA untuk CINTA INDONESIA

  • akbar firdaus

    Sangat betul kanda tulisannya otentic realita, itu semua saya rasakan, dan saya salah satu kader yg sangat nakal or bandel karena sudah tidak logis menurut saya. Hiduplah yg nyata karna langkah manusia menjadi nyata saat bertindak bukan hanya berkata. Saya dan adik adik telah menjadi korban politik di HMI sangat miris kawan. Terimakasih untuk kanda dgn tulisannya. #YAKUSA untuk CINTA INDONESIA

  • Tomi

    Kita merasa terombang ambing, kepada siapa hendak mengadu, kita lahir dalam keadaan yatim, menyedihkan. kita tak seperti PMII yang punya NU, tak seperti IMM yang punya Muhammadiyah, tak seperti LDK, KAMMI yang punya PKS,, tapi kita punya Islam yang punya kita semua,, salam Hijau Hitam

  • Tomi

    Kita merasa terombang ambing, kepada siapa hendak mengadu, kita lahir dalam keadaan yatim, menyedihkan. kita tak seperti PMII yang punya NU, tak seperti IMM yang punya Muhammadiyah, tak seperti LDK, KAMMI yang punya PKS,, tapi kita punya Islam yang punya kita semua,, salam Hijau Hitam

  • Samsuddin

    9 tahun berHmI, 9 thn juga merasakan hal tersebut, mulai dari awal hngga detik ini, semua yg tertulis d atas telah saya secara pribadi melarasakan ( mungkin yg begitu juga kale..heheheh )… kita nga perlu munafik menjadi anggota HMI.. dimana” nama HmI selalu di bicarakan, apalagi di Pemerintahan pasti nama HmI muncul…cuma 2 kemungkinan apakah memberikan solusi atau hanya membuat gosip….hahahahahaj

  • Samsuddin

    9 tahun berHmI, 9 thn juga merasakan hal tersebut, mulai dari awal hngga detik ini, semua yg tertulis d atas telah saya secara pribadi melarasakan ( mungkin yg begitu juga kale..heheheh )… kita nga perlu munafik menjadi anggota HMI.. dimana” nama HmI selalu di bicarakan, apalagi di Pemerintahan pasti nama HmI muncul…cuma 2 kemungkinan apakah memberikan solusi atau hanya membuat gosip….hahahahahaj

  • Bidarlis Rangkuti

    Assalamu’alaikum wr wb. Beda manusia berbeda pengalaman, karena saya hanya sampai komisariat berbeda juga dengan penulis, saya harus katakan saya bersyukur pernah masuk HMI, karena banyak manfaat yang saya dapatkan karena waktu saya bergabung dengan HMI banyak yang saya tidak tahu, maklum la orang desa masuk kota. Tapi terjadinya penurunan kualitas HMI seiring dengan kebijakan pendidikan di negeri ini yang tidak menemukan patron untuk melahirkan intelektual seperti yang saudaraku harapkan, maka lahirlah kegelisahan dihati anak bangsa yang risih dengan situasi ini. Wassalam.

  • Bidarlis Rangkuti

    Assalamu’alaikum wr wb. Beda manusia berbeda pengalaman, karena saya hanya sampai komisariat berbeda juga dengan penulis, saya harus katakan saya bersyukur pernah masuk HMI, karena banyak manfaat yang saya dapatkan karena waktu saya bergabung dengan HMI banyak yang saya tidak tahu, maklum la orang desa masuk kota. Tapi terjadinya penurunan kualitas HMI seiring dengan kebijakan pendidikan di negeri ini yang tidak menemukan patron untuk melahirkan intelektual seperti yang saudaraku harapkan, maka lahirlah kegelisahan dihati anak bangsa yang risih dengan situasi ini. Wassalam.

  • aurora martha sinaga

    jika sesuatu lebih banyak mudharatnya dari manfaatnya. TINGGALKAN!!
    saya adalah orang yg meninggalkan HmI krn cinta. cinta pada tujuan HmI yg essensial. Karena cinta tak hanya disampaikan melalui sekuntum mawar tapi juga dengan pistol di kepala!! Yakusa

  • aurora martha sinaga

    jika sesuatu lebih banyak mudharatnya dari manfaatnya. TINGGALKAN!!
    saya adalah orang yg meninggalkan HmI krn cinta. cinta pada tujuan HmI yg essensial. Karena cinta tak hanya disampaikan melalui sekuntum mawar tapi juga dengan pistol di kepala!! Yakusa

  • ALAN NGABALIN

    Realis Yg Kita Alami Sampai Saat In.
    Slam Hormat u Abng.
    YAKUSA…………..!!!!
    By, Cbang Jayapura – Papua

  • ALAN NGABALIN

    Realis Yg Kita Alami Sampai Saat In.
    Slam Hormat u Abng.
    YAKUSA…………..!!!!
    By, Cbang Jayapura – Papua

  • MARYULI APINDO

    Jujur bg saya menangis ketika membaca ini karena semua yg abg beberkan adalah kebenara yaa itu realita bg.
    di akhir cerita abg menulis dengan bahasa cinta yang menjadi landasan kita ber HMI tapi sayang tak semua kader terutama yg abg beberkan di awal memahami ini.
    hingga terbuktilah dengan komentar saudara ku dari pekanbaru dan masih banyak yang lain sejatinya senasib dengan cab.pekanbaru.
    Tapi kembali lagi cinta itu memberi dan ini yang hari ini kita lakukan.

    YAKUSA…!!!

  • MARYULI APINDO

    Jujur bg saya menangis ketika membaca ini karena semua yg abg beberkan adalah kebenara yaa itu realita bg.
    di akhir cerita abg menulis dengan bahasa cinta yang menjadi landasan kita ber HMI tapi sayang tak semua kader terutama yg abg beberkan di awal memahami ini.
    hingga terbuktilah dengan komentar saudara ku dari pekanbaru dan masih banyak yang lain sejatinya senasib dengan cab.pekanbaru.
    Tapi kembali lagi cinta itu memberi dan ini yang hari ini kita lakukan.

    YAKUSA…!!!

  • Anonymous

    saya bersyukur zenzaenal menjadi kader HMI karena dg tulisannya yg bisa menjadi sebuah Pencerahan bagi anggota 2 HMI lainnya sehingga HMI masih terus dicinta , saya sampai sekarang tetap mencintai HMI sampai anak n ponakan saya juga masuk HMI,karena saya melihat YAKUSA nya HMI sebagai suatu kekuatan yang dalam

  • Anonymous

    saya bersyukur zenzaenal menjadi kader HMI karena dg tulisannya yg bisa menjadi sebuah Pencerahan bagi anggota 2 HMI lainnya sehingga HMI masih terus dicinta , saya sampai sekarang tetap mencintai HMI sampai anak n ponakan saya juga masuk HMI,karena saya melihat YAKUSA nya HMI sebagai suatu kekuatan yang dalam

  • raja faisal

    Perlu diingat no body perfect, Semua kita punya sudut pandang, tetapi anda bisa seperti hari ini, disadari atau tidak HMI telah membidani anda sebagai seorang anak bangsa, untuk menjadi totalitas dan menjadi manusia yang paripurna itu tidaklah mudah, dan saya ingin mengatakan bahwa HMI terus melakukan peruubahan-perubahan untuk perbaikan, Kami adalah orang yang selalu siap masuk sel/penjara demi menjaga marwah HMI untuk membela kebenaran…

  • raja faisal

    Perlu diingat no body perfect, Semua kita punya sudut pandang, tetapi anda bisa seperti hari ini, disadari atau tidak HMI telah membidani anda sebagai seorang anak bangsa, untuk menjadi totalitas dan menjadi manusia yang paripurna itu tidaklah mudah, dan saya ingin mengatakan bahwa HMI terus melakukan peruubahan-perubahan untuk perbaikan, Kami adalah orang yang selalu siap masuk sel/penjara demi menjaga marwah HMI untuk membela kebenaran…

  • Mira Karina

    Saya sangat terharu membaca tulisan Kanda ini. Ada poin2 yg mmbuat saya sedih, setuju dan tercengang. Pantas saja kongres selalu ricuh. Kadang penjelasan tentang kebaikan yang ada di HMI bertolak belakang dengan kenyataan parahnya Anggota2 HMI kalau lagi suasana kongres. Apalagi teman2 dari bagian timur. Saya sangat penasaran bagaimana mereka bisa begitu sok2an di daerah orang. Beberapa Adik2 yg ikut meramaikan arena kongres bahkan keluar dari HMI setelah melihat suasana HMI di arena kongres.
    oh HMI ku sayang… kenapa aku masih cinta…

    Salam dari Bangka Belitung.

  • Mira Karina

    Saya sangat terharu membaca tulisan Kanda ini. Ada poin2 yg mmbuat saya sedih, setuju dan tercengang. Pantas saja kongres selalu ricuh. Kadang penjelasan tentang kebaikan yang ada di HMI bertolak belakang dengan kenyataan parahnya Anggota2 HMI kalau lagi suasana kongres. Apalagi teman2 dari bagian timur. Saya sangat penasaran bagaimana mereka bisa begitu sok2an di daerah orang. Beberapa Adik2 yg ikut meramaikan arena kongres bahkan keluar dari HMI setelah melihat suasana HMI di arena kongres.
    oh HMI ku sayang… kenapa aku masih cinta…

    Salam dari Bangka Belitung.

  • Eka kudiah

    Asslamualaikum kanda ,, sya anggota baru di Hmi ,,, ketika saya baca tulisan abangini awal nya saya ingin protes , tapi setelah di baca sampai akhir rasa bangga kepada hmi makin kuat sampai pengen nangis ,,, makasih tulisannya kanda ,,, saya ini dari HMI cabang AMUNTAI kalsel , dan di tempat saya ini HMI agak lemah karna organisasi lain dan bagaimana kanda mengembangkannya saya wlaupun anggota baru hnya LK 1 saya ingin HMI berjaya ngak di rendah” kan ,,, bgaimana kanda cara nya sesuai pengalaman kanda,??? Trimakasih
    salam himpunan HMI cabang AMUNTAI

  • zezen zaenal mutaqin

    Salam Eka. Senang Eka bisa membaca tulisan saya ini. Silahkan sebarkan ke kawan HMI lain agar membacanya. Baik buruk HMI tergantung pada kadernya, kegiatan HMI tergantung pada kadernya. HMI pada dirinya sendiri tidak ada. HMI adalah kumpulan kader2 yang punya cita2 dan keinginan yang sama. Mereka sendiri yang harus kreatif dan ‘memberi’ pada diri mereka sendiri. Senior dan sejawat hanya kawan seperjalanan untuk saling membantu dan mengingatkan….

    Salam

  • zezen zaenal mutaqin

    Salam Eka. Senang Eka bisa membaca tulisan saya ini. Silahkan sebarkan ke kawan HMI lain agar membacanya. Baik buruk HMI tergantung pada kadernya, kegiatan HMI tergantung pada kadernya. HMI pada dirinya sendiri tidak ada. HMI adalah kumpulan kader2 yang punya cita2 dan keinginan yang sama. Mereka sendiri yang harus kreatif dan ‘memberi’ pada diri mereka sendiri. Senior dan sejawat hanya kawan seperjalanan untuk saling membantu dan mengingatkan….

    Salam

      • fahmipajrianto

        Teruslah kanda untuk memberikan arahan kepada seluruh kader-kader HMI di seluruh indonesia, khususnya untuk HMI cab.ciputat terutama untuk komfaksy (UINJKT) dan paling khusus untuk kader yang berada di jurusan PMH yang kemarin kalah -lagi- dalam ajang Pemira hehe. kalo kata abah Fahmi sih PMH (HMI) sengaja ngalah bukan kalah. tapi tetep aja sedih rasanya, sekarang harus pintar2 mencari tempat untuk berproses, tapi dibalik kesediahan itu kami mendapatkan hal yang lebih dari sekedar kursi jabatan, yaitu kebersamaan.

        jadi kangen Mapinglah pokoknya hehe

      • fahmipajrianto

        Teruslah kanda untuk memberikan arahan kepada seluruh kader-kader HMI di seluruh indonesia, khususnya untuk HMI cab.ciputat terutama untuk komfaksy (UINJKT) dan paling khusus untuk kader yang berada di jurusan PMH yang kemarin kalah -lagi- dalam ajang Pemira hehe. kalo kata abah Fahmi sih PMH (HMI) sengaja ngalah bukan kalah. tapi tetep aja sedih rasanya, sekarang harus pintar2 mencari tempat untuk berproses, tapi dibalik kesediahan itu kami mendapatkan hal yang lebih dari sekedar kursi jabatan, yaitu kebersamaan.

        jadi kangen Mapinglah pokoknya hehe

  • aisyah natasha lubis

    terimakasih bgda…
    tulisan abg ini semakin memperkuat cinta saya kepada HmI… di saat saya bimbang dan tak tahu harus apa..
    hanya tulisan inilah yang memberikan semangat kepada saya untuk tidak bosan memberi yang terbaik untuk HmI. walaupun mungkin sia-sia semuanya. karena kebanyakan kader HmI saat ini tidak menerapkan makna dari tujuan HmI..
    sekali lagi terimakasih bgda..

    • zezen zaenal mutaqin

      Tak ada usaha sia2. Hasilnya akan kita nikmati. Apa yang kita berikan akan kembali pada kita. Memberi artinya menerima 🙂

  • aisyah natasha lubis

    terimakasih bgda…
    tulisan abg ini semakin memperkuat cinta saya kepada HmI… di saat saya bimbang dan tak tahu harus apa..
    hanya tulisan inilah yang memberikan semangat kepada saya untuk tidak bosan memberi yang terbaik untuk HmI. walaupun mungkin sia-sia semuanya. karena kebanyakan kader HmI saat ini tidak menerapkan makna dari tujuan HmI..
    sekali lagi terimakasih bgda..

    • zezen zaenal mutaqin

      Tak ada usaha sia2. Hasilnya akan kita nikmati. Apa yang kita berikan akan kembali pada kita. Memberi artinya menerima 🙂

  • Ardi

    Membaca tulisan dari kanda zenzaenal ini mengambarkan bahwa sanya keadaan Hmi hari ini, dan banyak hal pula yang saya dapatkan semenjak saya berhimpun di hijau hitam , bahkan saya bersyukur bergabung dihimpunan ini . Bnyak pelajaran yang saya dapatkan, sehingga membentuk kpribadian saya dalam berprinsip . Di komisariat kita dituntut untuk belajar dan belajar untuk menambah pengetahuan serta keintelektualan dan itu doktrin yang dibangun dikomisariat kanda. Akan tetapi naik ketingkatan selanjutnya. Baik keranah cabang, badko, smpai dengan ke PB hal yang ditanamkan dikomisariat ini berganti dengan pemikiran yg pragmatis. Hal ini jga yg mendasari terjadinya kemunduran berfikir HMI semngat juangnya dalam memberikan sumbangi nyata terhadap bangsa ini mulai luntur dari zaman kezaman. Jadi saya fikir baik buruknya HMI kedepan tergantung dari Kader itu sendiri dan pola pengkaderan HMI.
    Hormat saya kanda Ardiansyah dari cabang Tarakan Provinsi Kalimantan Utara

  • Ardi

    Membaca tulisan dari kanda zenzaenal ini mengambarkan bahwa sanya keadaan Hmi hari ini, dan banyak hal pula yang saya dapatkan semenjak saya berhimpun di hijau hitam , bahkan saya bersyukur bergabung dihimpunan ini . Bnyak pelajaran yang saya dapatkan, sehingga membentuk kpribadian saya dalam berprinsip . Di komisariat kita dituntut untuk belajar dan belajar untuk menambah pengetahuan serta keintelektualan dan itu doktrin yang dibangun dikomisariat kanda. Akan tetapi naik ketingkatan selanjutnya. Baik keranah cabang, badko, smpai dengan ke PB hal yang ditanamkan dikomisariat ini berganti dengan pemikiran yg pragmatis. Hal ini jga yg mendasari terjadinya kemunduran berfikir HMI semngat juangnya dalam memberikan sumbangi nyata terhadap bangsa ini mulai luntur dari zaman kezaman. Jadi saya fikir baik buruknya HMI kedepan tergantung dari Kader itu sendiri dan pola pengkaderan HMI.
    Hormat saya kanda Ardiansyah dari cabang Tarakan Provinsi Kalimantan Utara

  • warok paijo

    Salam buat @Kak Eka Zudiah.
    from Warok Paijo . Komisariat Hukum Tarakan. 😀 .

    HMI penuh dengan konsep dan teorii sedangkan tindakan Nol besar.
    khusus cab. Tarakan.
    meskipun demikian aku tetap loyal dengan Komisariatku tercinta :*

  • warok paijo

    Salam buat @Kak Eka Zudiah.
    from Warok Paijo . Komisariat Hukum Tarakan. 😀 .

    HMI penuh dengan konsep dan teorii sedangkan tindakan Nol besar.
    khusus cab. Tarakan.
    meskipun demikian aku tetap loyal dengan Komisariatku tercinta :*

  • Anonymous

    Bangga menjadi bagian dari Himpunan ini. Semoga kebanggaan ini bukan hanya bersifat romantisme masa lalu, tapi bangga dengan kondisi yang akan datang.

  • Anonymous

    Bangga menjadi bagian dari Himpunan ini. Semoga kebanggaan ini bukan hanya bersifat romantisme masa lalu, tapi bangga dengan kondisi yang akan datang.

  • Lilis Shofiyanti

    Sungguh benar2 menyentuh hati saya tulisan abang ini. Dulu saya pernah gak aktif di HMI selama kurang lebih 1 tahun, karena saya muak dengan tingkah para senior HMI di komisariat saya. Namun setelah sy pikir2 lagi akhirnya saya memutuskan untuk aktif berHMI (semester 6 kalo gak salah.. hehe). Dan skrg saya bangga menjadi bagian dari himpunan ini, dan saya bersyukur bisa bertemu dan mengenal abang kmrn di Senior Course Tingkat Nasional BPL HMI Cabang Ciputat 2016. Terima kasih atas motivasinya ya bang :).

    Salam ta’dzim
    Lilis Shofiyanti (kader HMI KOFAH-Ciputat)

  • Lilis Shofiyanti

    Sungguh benar2 menyentuh hati saya tulisan abang ini. Dulu saya pernah gak aktif di HMI selama kurang lebih 1 tahun, karena saya muak dengan tingkah para senior HMI di komisariat saya. Namun setelah sy pikir2 lagi akhirnya saya memutuskan untuk aktif berHMI (semester 6 kalo gak salah.. hehe). Dan skrg saya bangga menjadi bagian dari himpunan ini, dan saya bersyukur bisa bertemu dan mengenal abang kmrn di Senior Course Tingkat Nasional BPL HMI Cabang Ciputat 2016. Terima kasih atas motivasinya ya bang :).

    Salam ta’dzim
    Lilis Shofiyanti (kader HMI KOFAH-Ciputat)

  • asep ikbal

    Subhanallah.>suatu tulisan yang mengkonstruksi paradigma baru, kanda zenzen smoga tetap dberikan kesehatan dan keberkahan. salam dari adinda.moderatos SC Ciputat

  • asep ikbal

    Subhanallah.>suatu tulisan yang mengkonstruksi paradigma baru, kanda zenzen smoga tetap dberikan kesehatan dan keberkahan. salam dari adinda.moderatos SC Ciputat

  • Muhammad Rizki

    Saya Kader Ciputat, dan Lahir Dari LK Komfaksy 2014.
    Ntah saya bingung mau terharu sedih/terharu bangga dengan HMI yg sekarang.
    Memang Benar Realita HMI yg sekarang Persis yg d tuliskan bang zezen.
    Semoga Setelah ada tulisan ini, tujuan awal HMI tercapai sehingga merombak segalanya yg bobrok di HMI.
    Cuma Cinta Yang bisa jadi alasan kita sekarang Di HMI tapu dengan CINTA juga HMI kedepannya jauh lebih Baik.
    Yakusa!!!
    Rizki-HMI Cabang Ciputat (komfaksy)

  • Muhammad Rizki

    Saya Kader Ciputat, dan Lahir Dari LK Komfaksy 2014.
    Ntah saya bingung mau terharu sedih/terharu bangga dengan HMI yg sekarang.
    Memang Benar Realita HMI yg sekarang Persis yg d tuliskan bang zezen.
    Semoga Setelah ada tulisan ini, tujuan awal HMI tercapai sehingga merombak segalanya yg bobrok di HMI.
    Cuma Cinta Yang bisa jadi alasan kita sekarang Di HMI tapu dengan CINTA juga HMI kedepannya jauh lebih Baik.
    Yakusa!!!
    Rizki-HMI Cabang Ciputat (komfaksy)

  • Mustafa A B

    Sungguh cerah dan mencerahkan tulisan dari abangda ini mewakili seluruh perasaan keluarga besar himpunan kita tercinta, tapi begitulah cinta tak selamanya indah, ia berdinamika dalam misteri dan semua tergantung kita yang menyemai benih cinta ini. Orang tua selalu berkata “cinta itu buta” sehingga membutakan mata hati sebagian saudara kita hingga berlaku anarki, kembali lagi seperti itulah cinta, saat ini waktunya kita menunjukkan pada orang tua dahulu bahwa tidak selamanya “cinta itu buta” karena sejatinya “cinta itu mencerahkan” bagi hati yang terpanggil dan tulus.
    Semiga abang terus berkarya dan produktif mengingatkan keluarga besar himpunan, sebaiknya muslim adalah yang saling mengingatkan dalam kebaikan.

    Salam dari kader ciputat u.tuk.abang tercinta

  • Mustafa A B

    Sungguh cerah dan mencerahkan tulisan dari abangda ini mewakili seluruh perasaan keluarga besar himpunan kita tercinta, tapi begitulah cinta tak selamanya indah, ia berdinamika dalam misteri dan semua tergantung kita yang menyemai benih cinta ini. Orang tua selalu berkata “cinta itu buta” sehingga membutakan mata hati sebagian saudara kita hingga berlaku anarki, kembali lagi seperti itulah cinta, saat ini waktunya kita menunjukkan pada orang tua dahulu bahwa tidak selamanya “cinta itu buta” karena sejatinya “cinta itu mencerahkan” bagi hati yang terpanggil dan tulus.
    Semiga abang terus berkarya dan produktif mengingatkan keluarga besar himpunan, sebaiknya muslim adalah yang saling mengingatkan dalam kebaikan.

    Salam dari kader ciputat u.tuk.abang tercinta

  • Burhanuddin Mus

    Sangat inspiratif sekaligus mnjadi bahan refleksi buat semua kader HmI diseluruh indonesia.
    Salam dari kader HmI cabang persiapan sinjai sul-sel

  • Burhanuddin Mus

    Sangat inspiratif sekaligus mnjadi bahan refleksi buat semua kader HmI diseluruh indonesia.
    Salam dari kader HmI cabang persiapan sinjai sul-sel

Leave a Reply to EKA KUDIAH Cancel reply

%d bloggers like this: