Ke LA!

janss_steps_royce_hall_in_background_ucla

Apa kabar semua? Lama sekali saya tidak menyapa kawan-kawan di rumah virtual saya ini. Saya sedikit sibuk. Ya, mohon maaf, ada banyak sekali hal yang harus diurus pada saat yang bersamaan. Sebenarnya ada sedikit waktu kosong di hari Minggu seperti sekarang. Tapi kadang saya ingin mengambil hak saya untuk berleha-leha dan sedikit malas. Hari Sabtu yang biasanya kosong, sudah lebih enam bulan ini selalu dirampok oleh kesibukan tambahan: mengajar.

Satu hal yang belakangan menyita sekali banyak waktu dan perhatian saya adalah urusan sekolah. Mungkin kawan-kawan sudah tahu, sebentar lagi saya akan pindah ke LA. Ya, ke LA alias Los Angeles, California. Maaf, LA yang saya maksud bukan Lenteng Agung, ya. Saya, Insyaallah dan mohon doanya, akan mulai lagi ‘mesantren’ di UCLA pada 19 Agustus. Untuk sampai ke tahapan itu, ada banyak sekali hal yang harus diurus. Disamping tentu saja saya masih harus menyelesaikan semua pekerjaan rutin saya, dari mengurus pekerjaan di kantor, mengajar dan mengurus hal remeh-temeh di rumah.

Sejak saya lulus dari Melbourne lima tahun lalu, saya tahu saat ini akan datang. Saat dimana saya harus kembali mencari sekolah dan kampus yang pas, mencari profesor yang bagus dan bersedia menjadi pembimbing, serta mencari sponsor yang akan membiayai kuliah program doktoral saya. Dan proses itu sudah dilakoni sejak tahun lalu. Seharunya saya bisa memulai kuliah sejak 2015 silam. UCLA, kampus saya menerima saya tahun lepas. Namun saat itu saya tidak mempunyai sponsor. Baru akhir tahun 2015 saya mendapat kepastian dari LPDP untuk beasiswa selama 4 tahun program doktoral di USA.

Saya memang sengaja memilih sekolah doktoral di Amerika. Alasannya sangat sederhana: kampus-kampus terbaik dunia masih ada di sana. Kampus yang akan saya tuju, UCLA sekarang adalah kampus nomor 8 terbaik di dunia. Memang banyak orang tidak setuju dengan rangking-rangkin ini karena bias Amerika. Kampus di Eropa umumnya tidak peduli dengan rangking-rangkin. Tapi buat LPDP, pemberi beasiswa untuk sekolah saya, rangking kampus penting sekali. Bahkan jika kampus yang dituju rangkingnya masuk 20 besar, akan disediakan uang bonus yang lumayan besar, sekitar 100 juta!

Alasan kedua adalah karena saya pernah mengambil master di Australia dan menghabiskan waktu 6 bulan di Eropa untuk program riset dan kurusu musim panas. Rasanya kalau saya mengambil doktor di Amerika, puaslah saya mencicipi model-model pendidikan yang ada di dunia. Juga tentu saja akan ada banyak pengalaman baru dan berharga di negeri Abang Sam nanti ketimbang saya ke Australia dan Eropa lagi.

Alasan ketiga lebih akademik. Profesor yang akan menjadi ketua pembimbing penulisan disertasi saya, Khaled Abou El Fadl, adalah raksasa dalam studi hukum Islam di dunia ini. Dia mungkin satu diantara segelintir sarjana yang sama-sama mumpuni di dua bidang: hukum Islam/kajian Islam dan Hukum Internasional. Dua bidang itu juga yang ingin saya geluti lebih dalam. Saya memilih UCLA karena dia adalah profesor di sana. Selain itu, Kaled adalah sosok yang tidak asing untuk saya. Ketika kuliah di UIN Jakarta, saya menulis skripsi tentang pemikiran dia. Jadi pertemuan dengannya di kuliah doktoral seperti ‘a dream comes true’ untuk saya.

Oh iya, bulan-bulan ke depan juga adalah bulan yang mendebarkan untuk Istriku, Kaka dan Yarra. Mereka akan menyusul ke LA sekitar Desember nanti. Istriku akan mulai kurus ‘conversation’ setelah lebaran. Kaka dan Neng sudah mulai sedikit-sedikit dilatih bahasa Inggrisnya. Mereka sudah diberitahu dari sekarang agar tidak kaget.

Doakan ya semoga semuanya lancar!!

Leave a Reply

%d bloggers like this: